Diabetes melitus adalalah gangguan
metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan
manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh
secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan
postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati. Diabetes
Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel
terhadap insulin.
Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau
berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent
diabetes mellitus. Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik
yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin).
Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi
daripada laki-laki.Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik
wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Hasil
Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia
membesar sampai 57%, pada tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus didunia
adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2
adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetesmellitus dan hanya 5%
dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1.
Diabetes melitus merupakan penyakit yang
disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relatif maupun
absolut.Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena
pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll)
b. Desensitasi atau penurunan reseptor
glukosa pada kelenjar pankreas
c. Desensitasi atau kerusakan reseptor
insulin di jaringan perifer.
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat
beberapa keadaan yang berperan yaitu :
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan
oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau
tidak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi
insulin”. Resistensi insulinbanyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya
aktivitas fisik serta penuaan.Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga
terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi
pengrusakan sel-sel B langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe
2.
Defisiensi fungsi insulin pada penderita
diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut. Pada awal
perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan gangguan pada sekresi
insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi
insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya
akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan
terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin,sehingga
akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus
tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin
dan defisiensi insulin.
Peningkatan jumlah penderita DM yang
sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko
yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain.
Menurut American Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor
risiko yang tidak dapat diubah meliputiriwayat keluarga dengan DM (first degree
relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan
lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah
menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah
(<2,5 kg). Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT
≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.
Faktor lain yang terkait dengan risiko
diabetes adalah penderita polycystic ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom
metabolikmemiliki riwatyat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah
puasa terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler
seperti stroke, PJK, atau peripheral arterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan
merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein.
1. Obesitas (kegemukan) Terdapat korelasi bermakna antara obesitas
dengan kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
2. Hipertensi Peningkatan tekanan darah pada hipertensi
berhubungan erat dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau
meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga Diabetes
Mellitus Seorang yang menderita Diabetes
Mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan
gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut
yang menderita Diabetes Mellitus.
4. Dislipedimia, adalah keadaan yang
ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida > 250 mg/dl).
Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35
mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus
adalah > 45 tahun.
6. Riwayat persalinan Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi
cacat atau berat badan bayi > 4000gram 6. Faktor Genetik DM tipe 2 berasal
dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit ini sudah lama
dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis
dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakitini.
7. Alkohol dan Rokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup
berhubungan dengan peningkatan frekuensi DM tipe 2.
Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan
dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik,
faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan
kebarat- baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan
rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu
metabolisme gula darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit
regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat
tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang
setara dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml.
Faktor resiko penyakit tidak menular,
termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko
yang tidak dapat berubah misalnya umur, faktor genetik, pola makan yang tidak
seimbang jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan,
aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh.
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi
akut dan kronik Gejala akut diabetes
melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak minum), Poliuria
(banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah namu berat
badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.
Gejala kronik diabetes melitus yaitu :
Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di
kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi
impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar