Senin, 08 Agustus 2016

RABIES

Epidemiologi

Rabies adalah suatu penyakit yang menyerang susunan saraf pusat. Karena gejalanya yang khas, yaitu penderita menjadi takut air, rabies jadi sering disebut hidrofobia. Penyakit rabies tersebar di seluruh dunia dengan frekuensi kasus dan spesifikasi vector penular yang berbeda-beda. Rabies ditemukan di Indonesia pada tahun 1889 pada seekor kerbau di Bekasi, sementara rabies pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun 1894 oleh E.V. de Haan. Di daerah tropis, vector utama rabies adalah karnivora.


Etiologi

Penyebab rabies adalah virus rabies yang termasuk family Rhabdovirus. Bentuknya menyerupai peluru, berukuran 180 nm dan diameter 75 nm. Pada permukaannya terlihat struktur seperti paku dengan panjang 9 nm. Virus ini tersusun dari lemak, RNA, dan karbohidrat. Virus rbies tidak dapat bertahan lama di luar jaringan hidup. Virus mudah mati oleh sinar matahari dan sinar UV. Virus rabies akan mati dengan pemanasan 60◦C selama 5 menit. Virus ini tahan pada suhu dingin.


Penularan

Penularan terbesar 90% dari anjing, 6% dari kucing, dan 4% dari monyet dan hewan lain. Setelah menyerang dan mengakibatkan radang otak, virus akan menyebar ke air liur penderita rabies. Pada anjing, virus ditemukan kurang dari 5 hari sebelum tibulnya gejala. Gigitan hewan terinfeksi bisa langsung menularkan penyakit. Cakaran hewan terinfeksi perlu diwaspadai karena kebiasaan hewan yang menjilati cakarnya.
Masa inkubasi virus rabies sekita 20-90 hari. Masa ikubasi dipengaruhi oleh:
a.       Virulensi
b.      Banyak sedikitya virus
c.       Jarak lokasi gigitan dengan kepala
d.      Jumlah luka gigitan
e.      Dalam dan luasnya luka gigitan
f.        Jumlah saraf pada luka gigitan
g.       Respons imun penderita.
Setelah tergigit, virus rabies akan tetap berada pada lokasi gigitan sampau selama 2 minggu. Kemudia virus akan bergerak menuju ujung saraf posterior untuk menuju ke otak. Dalam perjalananna, virus akan bereplikasi. Di otak virus akan menempati bagian neuron saraf pusat terutama di hopotalamus, batang otak, dan system limbic.
Selanjutnya virus akan bergerak menuju saraf  tepi melalui saraf eferen, volunteer, dan otonom untuk mencapai hamper semua organ terutama pada kelenjar air liur, air mata, dan ginjal. Pergerakan virus tidak melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe. Tubuh akan menunjukkan gejala terserang enyakit setelah virus berkembang biak di otak.

Gejala dan Tanda


Pada manusia, gejala awal biasanya tidak jelas. Pasien merasa tidak enak dan gelisah. Gejala yang menonjol adalah rasa nyeri, panas, dan gatal di sekitar luka. Kemudian bisa diikuti kejang, sakit kepala, demam dan sulit menelan. Apabila terjadi kelumpuhan otot pernapasan, maka penderita terancam meninggal. Gejala khas lainnya adlah penderita menjadi hidrofobia yaitu takut terhadap air. Gejala aerofobia juga dapat terjadi. Yaitu rangsangan aliran udara seperti kipas angin pada wajah pasien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar